Dongeng Anak Pertama di Nusantara Bertutur

Serunya Barter di Pasar Warloka
Oleh: Lintang Kinanti

Hari ini Nadine bangun pagi-pagi sekali. Ia segera bersiap-siap untuk ikut Paman Andre ke pasar Warloka seperti janji Paman Andre kemarin. Menurut Paman Andre, pasar ini berbeda dengan pasar-pasar lainnya, termasuk pasar di Labuan Bajo, di dekat tempat tinggal Paman Andre.
“Pasti lebih berbeda lagi, kalau dibandingkan dengan pasar di daerah asalku, Yogyakarta,” gumam Nadine. Saat ini Nadine sedang berlibur bersama Mama Papa ke Labuan Bajo.
Tadi Nadine membawa uang yang ia sisihkan dari hasil menabung. Ia ingin membeli jajanan yang ada di pasar. Tapi, Nadine terheran-heran melihat Paman Andre membawa beberapa kilogram beras.
“Ini untuk barter di pasar Warloka, barang ditukar dengan barang,” jelas Paman Andre.
Pasar Warloka terletak di desa Warloka, kecamatan Komodo, Manggarai Barat, NTT. Dari Labuan Bajo ke pasar Warloka, Nadine dan Paman Andre harus menempuh perjalanan menggunakan perahu motor selama satu jam. Sepanjang perjalanan  Nadine melihat-lihat pemandangan.Kapal-kapal yang berlalu lalang, jernihnya air laut, hingga gugusan pulau-pulau yang mengelilingi Labuan Bajo.
Setiba di pasar, Nadine ingin segera membeli bermacam-macam jajanan. Tapi Paman Andre mengajaknya menghampiri pedagang cumi-cumi. 
“Sekarang kita akan melakukan barter, menukar beras ini dengan cumi-cumi. Tapi Nadine yang melakukan barter,” kata Paman Andre. “Sebelum melakukan barter, Nadine boleh melihat-lihat dulu bagaimana para pedagang dan pembeli melakukan barter.”
Nadine pun mengangguk. Ia memperhatikan seorang bapak yang menukar ikan dengan beberapa ikat sayur. Ada pula yang menukar pisang dengan beras. Mereka saling menukar barang yang dimiliki dengan barang yang dibutuhkan. Semua berdasar kesepakatan. Barang-barang yang ditukarkan berupa hasil kebun, hasil panen, dan hasil laut. 
Setelah mengamati beberapa orang yang melakukan barter, Paman Andre mengingatkan Nadine untuk melakukan barter.
Nadine bertanya pada pedagang cumi-cumi, apakah ia boleh menukar cumi-cumi dengan beras yang dibawanya. Pedagang membolehkan dan menyetujuinya.
Saat pulang, Paman Andre kembali menjelaskan, “Pasar Warloka ini hanya ada seminggu sekali. Setiap hari Selasa pagi, dari pukul 6 sampai pukul 10. Pedagangnya berasal dari desa-desa yang ada di atas gunung. Mereka menggunakan kerbau untuk mengangkut barang dagangannya.”
 “Cumi-cumi ini nanti akan kita buat lawar pansa, makanan khas Labuan Bajo,” tambah Paman Andre.
Nadine senang sekali. Hari ini ia bukan hanya berjalan-jalan, tapi juga melakukan barter, dan akan segera merasakan makanan khas Labuan Bajo. Apalagi cumi-cumi salah satu kesukaannya. Pasti lawar pansa buatan Paman Andre nanti akan membuat cumi-cumi itu semakin lezat.[]
~~~
Ini versi aslinya.
Sebelumnya juga nggak pernah nyangka kalau bakal bisa dimuat di Nusantara Bertutur.
Setelah blog ini vakum selama hampir 2 tahun lamanya (gara-gara nggak pernah ngirim-ngirim) akhirnya pada bulan November lalu ada juga tulisan yang nongol di media.
Untuk versi Nusantara Bertutur, bisa klik link ini https://klasika.kompas.id/baca/serunya-barter-di-pasar-warloka/

Versi laman Nusantara Bertutur

Versi cetak


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Pertama di Perada Koran Jakarta

Yulia Hartoyo, Meracik Jamu Karena Rindu

Gado-gado Femina edisi 19, 7-13 Mei 2016