Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2019

Ah Tenane (Jon Koplo) Solopos

Gambar
Nguyek Oleh: Lintang Kinanti Ini adalah tulisan pertama saya yang berhasil dimuat di rubrik Ah Tenane di Solopos. Yang saya posting ini versi asli. Untuk versi cetak ada sedikit sentuhan editor, khususnya judul. Cerita ini nyata, meskipun sebetulnya ini merupakan cerita dari salah satu teman saya dengan kedua anaknya. ~~ Lady Cempluk seorang ibu muda dengan dua orang anak. Anak pertamanya, Tom Gembus, duduk di kelas 2 SD. Sedang anak keduanya, Gendhuk Nicole, masih TK. Kedua-duanya anak yang aktif, dan kadang sedikit jahil pada Cempluk. Tiap pagi Cempluk kerap nubruk - nubruk . Bagaimana tidak? Setiap pagi ia harus membangunkan mereka terlebih dulu. Memandikan Nicole, menyiapkan seragam sekolah mereka, dan membuatkan sarapan. Ketika sarapan sudah siap, Gembus lebih sering menggoda Nicole hingga menangis. Lalu drama itu harus berakhir dengan mengantarkan mereka ke sekolah. Hampir tiap pagi pula, ketika mengantarkan kedua anaknya, Cempluk belum mandi. Tapi, hal itu bu

[Perada] Berjualan Buku Demi Menyelesaikan SMA

Gambar
Berjualan Buku Demi Menyelesaikan SMA Judul         : Aku, Buku, & Masa Depanku Penulis     : Wahyu Wibowo dan Penulis Lainnya Penerbit     : Diva Press Cetakan     : Pertama, April 2019 Tebal         : 248 hlmn ISBN         : 978-602-391-718-1 Pada era digital sekarang ini, internet tidak hanya memangkas jarak dan waktu. Kehadirannya banyak memberi kemudahan dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari berkomunikasi, kecepatan mendapatkan informasi, membayar tagihan,  hingga berbelanja. Selama ada jaringan internat, semua cukup dilakukan melalui gawai. Hal ini berlaku pula dengan penjualan buku. Sebelumnya, toko buku didominasi dengan bangunan yang berisi buku-buku dengan label harga di sampulnya. Namun kini, buku juga dapat dijual secara online yang tersebar melalui marketplace atau pun media sosial. Cara baru berjualan ini memudahkan penjual dan pembeli. Bagi penjual, dia tidak harus memiliki toko secara fisik untuk memajang bukunya. Juga tidak perlu memi

[Resensi] Suka Duka Menjadi Anak Kos

Gambar
Suka Duka Menjadi Anak Kos Judul Buku: Curcol Anak Kos Penulis: Fahrudin Ghozy dan teman-teman @temupenulis Penerbit: Divapress Cetakan: Pertama, November 2019 Isi: viii + 192 halaman ISBN : 978-602-391-821-8 Mendengar istilah ‘Anak Kos’, biasanya langsung terbayang pada para mahasiswa baru, karyawan, atau pun pasangan suami istri baru yang harus hidup merantau dan menyewa sebuah kamar sebagai tempat tinggal sementara. Menjadi anak kos berarti, menjadikan seseorang harus terbiasa melakukan sendiri. Meski awalnya bisa membuat seseorang menjadi tergagap-gagap, dan merasa hidupnya sangat nelangsa, tapi ada nilai positf yang bisa diambil selama menjalani nasib sebagai anak kos. Nilai yang bisa diambil adalah, mengatur keuangan dalam mengelola jatah bulanan, melatih kemandirian dan kemampuan untuk beradaptasi dengan suasana baru. Menjadi anak kos berarti harus menerima kenyataan, jika akan sangat jarang menemukan masakan buatan ibu. Demikian pula yang dirasakan Dian

Dongeng Anak Pertama di Nusantara Bertutur

Gambar
Serunya Barter di Pasar Warloka Oleh: Lintang Kinanti Hari ini Nadine bangun pagi-pagi sekali. Ia segera bersiap-siap untuk ikut Paman Andre ke pasar Warloka seperti janji Paman Andre kemarin. Menurut Paman Andre, pasar ini berbeda dengan pasar-pasar lainnya, termasuk pasar di Labuan Bajo, di dekat tempat tinggal Paman Andre. “Pasti lebih berbeda lagi, kalau dibandingkan dengan pasar di daerah asalku, Yogyakarta,” gumam Nadine. Saat ini Nadine sedang berlibur bersama Mama Papa ke Labuan Bajo. Tadi Nadine membawa uang yang ia sisihkan dari hasil menabung. Ia ingin membeli jajanan yang ada di pasar. Tapi, Nadine terheran-heran melihat Paman Andre membawa beberapa kilogram beras. “Ini untuk barter di pasar Warloka, barang ditukar dengan barang,” jelas Paman Andre. Pasar Warloka terletak di desa Warloka, kecamatan Komodo, Manggarai Barat, NTT. Dari Labuan Bajo ke pasar Warloka, Nadine dan Paman Andre harus menempuh perjalanan menggunakan perahu motor selama satu jam. Sepanja