[Resensi] Keteguhan Hati untuk Berhijrah


      Keteguhan Hati untuk Berhijrah
      Judul: Sekali Hijrah, Selamanya Istiqomah
      Penulis: Dwi Suwiknyo dkk
      Cetakan: Pertama, 2017
      Penerbit: Noktah
      Tebal: 196 halaman
      ISBN: 978-602-61834-4-6
      Kodrat seorang wanita yang terlahir dari pasangan suami istri beragama Islam ialah menjadi muslimah. Menjadi shalihah (hal 22). Salah satu ciri menjadi muslimah shalihah adalah menaati seluruh perintah Allah, termasuk perintah berhijab. Alasan itu yang membuat Isti Syarifah berhijrah, mengenakan hijab. Namun, keputusan Isti dicibir masyarakat sekitarnya. Isti memaklumi, mengingat catatan kehidupannya di masa lalu.
      Ketika masih duduk di bangku SMP, Isti diminta kedua orangtuanya untuk mendalami agama Islam di pondok pesantren. Mereka ingin Isti paham ilmu agama, berakhlak baik, juga santun dalam tutur, dan penampilan. Namun, Isti menolak permintaan itu. Karena bila berada di pondok pesantren, ia harus mengenakan hijab. Sedangkan Isti memiliki impian menjadi seorang dancer terkenal. Ia ingin menjadi penari latarnya Agnez Mo.
      Perjuangan Isti untuk menjadi seorang dancer bukanlah keinginan sesaat. Ia terus membuktikannya. Hingga saat bekerja di Hongkong, bersama klub dancer-nya Isti kerap mengisi acara yang diadakan oleh komunitas-komunitas Buruh Migran Indonesia (BMI) Hongkong. Di Hongkong inilah titik balik Isti dimulai. Ia di PHK, dan ditinggalkan teman-teman satu klubnya. Sementara itu, Isti juga berkewajiban membayar utang bank yang sebelumnya digunakan untuk kepentingan klub. Utang itu menggunakan semua dokumen Isti sebagai agunan.
      Kisah Isti ini ditulis dalam kisah “Allah, I’am in Love”. Selain kisah Isti, buku ini juga memuat empat belas kisah lainnya, seperti Adi Wahyudin dalam “Orangtua, Pekerjaan, dan Halal Haram”, Ali Mahfud melalui “Anakku. Pembuka Jalan Hijrahku”, dan  “Kukembalikan Cintaku Pada-Mu” milik Ririn S. Kisah-kisah dalam buku ini menceritakan perjuangan para penulisnya dalam berhijrah, menjalankan perintah agama Islam, baik dalam berpakaian, mencari rezeki yang halal, hingga bersosialisasi.
      Kelebihan buku ini menurut saya ada pada basis true story-nya. Hal ini membuat pembaca lebih bisa mencerna, dan menerima pesan-pesan di dalamnya, serta tidak merasa digurui. Terlebih, semua kisah itu kerap terjadi pada masyarakat urban. Buku ini sangat sesuai bagi muslim atau muslimah untuk menguatkan tekadnya dalam berhijrah menjadi pribadi yang lebih baik. []
   
Terbit di Kedaulatan Rakyat, 29 Januari 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Pertama di Perada Koran Jakarta

Yulia Hartoyo, Meracik Jamu Karena Rindu

Gado-gado Femina edisi 19, 7-13 Mei 2016