Menggali Passion yang Tersembunyi -Resensi di Kedaulatan Rakyat-


Menggali Passion yang Tersembunyi
Judul Buku: Ini Buku Kamu
Penulis: Dedy Dahlan
Penerbit: PT Elex Media Komputindo  (kelompok Gramedia)
Cetakan: Pertama, 2016
Tebal: 200 halaman
ISBN: 978-602-02-9437-7
Siapapun memiliki passion yang akan membuat hidupnya jadi berwarna dan menyenangkan.. Tapi sayangnya, tidak semua orang langsung mengetahui passionnya. Melalui buku ini, penulis mengajak pembaca menggali passionnya (hal 1).
Mengapa harus menggali passion?
Dedy mengacu pada konsep John L. Holland, "Setiap orang bakal tumbuh dan berkembang lebih baik di bidang yang cocok dengannya, dan bidang-bidang itu bisa diklasifikasikan sesuai denga tipe orang yang cocok dan berkembang di dalamnya."
Dalam penggalian passion, penulis tidak membuat pembacanya mengerutkan kening dengan menjawab sejumlah pertanyaan. Melainkan mengajak pembaca melakukan berbagai kegiatan eksploratif.
Jika umumnya, buku motivasi cenderung meminta pembacanya untuk segera fokus pada bidang profesi atau usaha yang ingin digeluti. Tapi di sini, penulis memandu pembaca melakukan eksplorasi secara spontan dan bersenang-senang. Bahkan cenderung seperti bermain-main. Contohnya: berlatih membuat tanda tangan untuk masa depan, melukis, membuat graffiti, mewarnai, membuat channel youtube, berkebun, berkenalan dengan tetangga, hingga travelling!
Pembaca diminta melakukan semua instruksinya dan mengikuti arah tantangan hingga tugas berakhir (hal 141). Meski begitu, semua kegiatan itu dipadu dengan instruksi dan ilustrasi yang jenaka.
Untuk menampung kegiatan itu, pembaca tidak perlu membeli buku baru.  Semua telah disediakan dalam lembar-lembar khusus yang bebas dicorat coret sesuai instruksi.
Buku ini perlu dimiliki oleh remaja maupun dewasa, untuk menggali lagi passion yang masih tersembunyi, sehingga kita akan tumbuh dan berkembang dengan lebih baik di bidang yang lebih cocok sebagaimana diungkapkan John L. Holland.


Behind the story:
Resensi ini dimuat di harian Kedaulatan Rakyat, 8 April 2017, setelah melewati masa tunggu 2 minggu.
Awalnya sih saya yakin 100% kalau tulisan saya bakalan mental lagi di media ini. Mental lagi? Iya. Soalnya beberapa kali naskah saya selain resensi tentunya, selalu mental, alias gagal. Untuk naskah resensi, ini yang kedua kalinya saya kirimkan. Yang pertama mental. Pasti karena tulisannya belum sanggup bersaing, alias masih karut marut, begitu pikir saya. Meski begitu, saya tetap ingin meresensi buku yang sudah membuat saya senyum-senyum sewaktu membaca di toko buku. Maksudnya, ngulik isinya dulu sebelum memutuskan beli tidaknya. Percobaan tetap harus dilakukan.
Jadi, di hari Sabtu lalu, jadilah saya nyamperin pelapak koran, sambil setengah ogah-ogahan. Ya, gara-gara alasan di atas itu. Tapi, pas pulangnya, untuk memantapkan keyakinan saya, saya intiplah nama-nama resensor di edisi itu. 3 nama bukan nama saya. Pasti saya nggak masuk, kekeuh aja itu keyakinan. Sampai akhirnya pas ngulik di kiri bawah, eh... eh... eh... judulnya kok nggak asing? Cover bukunya kok kayak yang pernah dikirim? Masih penasaran juga. Akhirnya saya baca nama resensornya. Nama saya di sana! Yeay! Akhirnya pecah telor!
Setelah sampai di kos, saya cocokkan dengan file yang tersimpan dalam folder, mencari-cari dosa. Di sini tulisan saya tidak ada yang diedit, baik kata maupun tanda baca. Sempat terpikir, mungkin nggak ada sentuhan editor sedikit pun. Ternyata tetap ada. Tulisan saya mendapat tambahan kalimat, "Sungguh menarik." tepat setelah kalimat "...corat coret sesuai instruksi".
Editan lainnya ada pada penggabungan paragraf. Saya lega dosa saya tidak terlalu banyak. Tapi ternyata, pas saya cek ulang, ada typo penulisan di kutipan John L. Holland. Seharusnya menggunakan kata 'dengan', tapi saya malah kurang huruf 'n' terakhirnya. Huaaaa... dosa saya bertambah. Yah, semoga saja di tulisan berikutnya saya bisa lebih baik lagi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Pertama di Perada Koran Jakarta

Yulia Hartoyo, Meracik Jamu Karena Rindu

Gado-gado Femina edisi 19, 7-13 Mei 2016