Pelarian Bukan Solusi
























Judul buku: Laguna
Pengarang: Iwok Abqary
Penerbit: Amore (Gramedia group)
Tahun terbit: 2014
Tebal buku: 232 halaman
ISBN: 978-602-03-0053-5





Setelah empat tahun menjalin percintaan,  Arneta meminta Galang untuk meningkatkan ke jenjang yang lebih serius. Terlebih, Galang telah bekerja, dan Arneta telah menyelesaikan kuliahnya.

Tapi, lamanya sebuah hubungan, tak membuat mereka memandang masalah dari sudut yang sama.

Galang ingin kehidupannya mapan terlebih dulu, baru melamarnya.

Sedang bagi Arneta, memperjelas hubungan merupakan hal yang lebih penting. Setelah menikah, urusan mapan bisa diraih bersama, begitu pikir Arneta.

Galang dan Arneta sama-sama bersikukuh dengan pandangan masing-masing. Hingga kata putus menjadi pilihan akhir.

Untuk menyembuhkan hati, Arneta memilih bekerja di Blue Lagoon Resort, sebuah resort di Pulau Bintan.

Selama dua tahun bekerja di divisi pemasaran, Arneta sering datang terlambat, tanpa seorang pun berani menegurnya. Hingga Mark Peter, seorang General Manager baru, menjadi atasannya.

Mimpi buruk Arneta dimulai.

Mark sering membuatnya tertekan. Semua yang dilakukan selalu salah. Hingga puncaknya, Mark meminta Arneta membawa divisinya, divisi pemasaran, untuk meningkatkan performa yang dapat memberikan keuntungan hingga 300% pada perusahaan dalam waktu enam bulan.

Arneta berang. Karena merasa ditantang, Arneta menyanggupi dengan kesepakatan: jika gagal mencapai target, Arneta akan resign.

Ketika melakukan promosi ke kantor-kantor di Jakarta, Arneta tak sengaja bertemu Galang. Pertemuan yang menyadarkan Arneta jika masih ada Galang di hatinya. Begitu juga sebaliknya.

Novel ini menyuguhkan keindahan Pulau Bintan secara apik. Debur ombak, desau angin, birunya laut, membuat pembaca seakan-akan berada di sana. Membuat ingin bersantai dan menikmati keindahannya.

 Selain itu, novel ini juga mengajarkan disiplin sebagai salah satu kunci untuk meningkatkan produktivitas perusahaan. (Hal 21)

Nuansa kerja divisi pemasaran sangat kental terasa.

Untuk karakter Arneta yang memiliki karakter keras kepala, tidak sesuai dengan kerapuhan yang ditimbulkan karena putus dari Galang. Terlebih, saat putus usia Arneta masih muda. Baru dua puluh empat tahun. Sehingga agak aneh ketika membaca Arneta shock hingga pingsan saat bertemu Galang (hal 128), bahkan hingga dua kali (hal 29)

Endingnya berakhir manis meski terburu-buru. Tapi, tetap menarik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Pertama di Perada Koran Jakarta

Yulia Hartoyo, Meracik Jamu Karena Rindu

Gado-gado Femina edisi 19, 7-13 Mei 2016